Tarian Khas Jawa Barat
1. Tari Ketuk Tilu
Tari Ketuk Tilu
Tarian ini merupakan tarian hiburan atau tarian pergaulan. Tari Ketuk Tilu ini juga merupakan cikal bakal dari Tari Jaipong yang sangat terkenal di Provinsi Jawa Barat. Menurut sejarahnya, Tari Ketuk Tilu ini dahulunya merupakan tarian diupacara adat dalam menyambut panen padi sebagai ungkapan dari rasa syukur kepada Dewi Sridewi, yaitu dewi padi dalam kepercayaan masyarakat Sunda.
Gerakan yang di lakukan dalam Tari Ketuk Tilu ini adalah gerakan seperti goyang, pencak, muncid, gitek dan juga geol. Dalam tarian ini, gerakan tersebut memiliki nama sendiri seperti depok, oray orayan, lengkah opat, bajing luncat, ban karet dan lain-lain. Selengkapnya tentang tari ketuk tilu dapat anda lihat pada artikel berjudul "Tari Ketuk Tilu, Tarian Tradisional Dari Provinsi Jawa Barat.
2. Tari Jaipong
Tari Jaipong
Tari Jaipong atau yang dikenal sebagai Jaipongan adalah tarian tradisional yang diciptakan ditahun 1961 oleh Gugum Gumbira. Pada masa itu, Presiden Soekarno melarang musik rock and roll dan juga musik barat lainnya diperdengarkan di Indonesia, seniman lokal kemudian tertantang untuk mengimbangi aturan pelarangan tersebut dengan cara menghidupkan kembali seni tradisi. Tari Jaipong ini merupakan perpaduan antara gerakan ketuk tilu, tari topeng banjet, dan juga pencak silat (bela diri).
Pada awal kemunculannya, jaipong ini merupakan tarian modern yang berbeda dari tarian tradisional Sunda sebelumnya yang lebih mengedepankan sopan santun dan kehalusan budi dari para penarinya. Penari (yang biasanya perempuan) bahkan menundukkan pandangannya, dan tidak boleh menatap pasangannya. Lain dengan tari jaipong yang pada saat itu telah terpengaruh oleh budaya dansa Barat di ball room, para penari diharuskan fokus dalam menatap pasangannya sebagai bentuk komunikasi visual. Selengkapnya tentang tari jaipong dapat anda lihat pada artikel berjudul "Tari Jaipong, Tarian Tradisional Dari Jawa Barat".
3. Tari Merak
Tari Merak
Tari Merak merupakan tarian tradisional kreasi baru dari tanah Pasundan yang diciptakan oleh seseorang yang bernama Raden Tjetjep Somantri ditahun 1950 dan dibuat ulang oleh Irawati Durban di tahun 1965. Sesuai dengan namanya, Tari Merak ini banyak terinspirasi oleh keanggunan gerak dan warna ekor dari burung merak. Banyak orang salah mengira jika tarian merak ini bercerita tentang kehidupan dan keceriaan dari merak betina, padahal tarian ini bercerita tentang pesona dari merak jantan yang terkenal pesolek.
Dalam pertunjukannya, ciri khas dalam tarian ini terletak pakaian yang dikenakan penarinya, yaitu memiliki motif menyerupai bulu merak. Kain dan pakaiannya menggambarkan bentuk dan juga warna bulu-bulu merak. Ditambah lagi dengan selendang yang dipenuhi payet sebagai gambaran ekor merak yang sedang mengembang, serta mahkota yang berbentuk kepala merak yang sering disebut dengan singer, siger ini akan bergoyang setiap para penari menggerakkan kepalanya.
Tarian ini umumnya ditarikan secara rampak dan biasanya terdiri tiga penari atau lebih yang masing-masing memiliki peran sebagai merak jantan dan juga betina. Tarian ini biasanya akan diiringi alat musik gamelan. Meskipun tarian ini menceritakan gerakan merak jantan, akan tetapi keanggunan merak jantan hanya dapat digambarkan melalui gerakan-gerakan para penari perempuan. Selengkapnya tentang tari merak dapat anda lihat pada artikel berjudul "Tari Merak, Tarian Tradisional Dari Pasundan".
4. Tari Sintren
Tari Sintren
Sintren merupakan sebuah tarian tradisional yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Penari dalam kesenian sintren ini akan menari dengan dirasuki oleh arwah. Penari sintren ini akan pingsan apabila terkena uang yang di lemparkan ke arah tubuh si penari tersebut.
Dengan iringan gamelan dan menggunakan pakaian yang indah, biasanya penari ini juga dilengkapi sebuah aksesoris modern, seperti meggunakan kacamata dan dasi, sehingga tarian sintren ini menjadi sangat eksotis dan juga misterius. Kesenian ini sangat terkenal dipesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah, diantaranya adalah Majalengka, Jatibarang, Berebes, Indramayu, Cirebon, Pemalang, Kabupaten Kuningan, Banyumas, dan Pekalongan.
Kata sinten sendiri di bangun oleh 2 kata, yaitu si dan tren, kata si atau ia dan tren atau tri yang dapat berarti "putri, jadi artinya adalah "ia putri", maksud yang sebenarnya dari menari bukanlah si penari sintren tersebut, namun roh seorang putri yang bernama sulasih, atau biasa disebut Rr. Ratnamsari.
Pertunjukkan Sintren ini diperankan oleh gadis yang masih suci dan dibantu oleh seorang pawang dengan diiringi gending 6 orang. Dalam perkembangannya, tarian sintren saat ini hanya sebagai hiburan budaya yang kemudian dilengkapi dengan penari pendamping dan juga bodor (lawak). Selengkapnya tentang tari sintren dapat anda lihat pada artikel berjudul "Tari Sintren, Tarian Mistis dari Cirebon".
5. Tari Topeng Klana
Tari Topeng Klana
Tari Topeng Cirebon merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Cirebon, termasuk Indramayu, Losari, Jatibarang, dan Brebes. Tarian ini salah satu tarian di tatar Parahyangan. Di Cirebon, tari topeng ini banyak sekali jenisnya, dalam hal gerakan ataupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng akan dimainkan oleh satu penari tarian tunggal, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa penari.
Salah satu dari jenis tari topeng yang berasal dari Cirebon adalah Tari Topeng Klana. Tarian topeng klana ini merupakan semacam bagian lain dari tari topeng cirebon lainnya yaitu seperti Tari Topeng Kencana Wungu. Adakalanya kedua tari Topeng ini disajikan secara bersama-sama dan biasa disebut dengan Tari Topeng Klana Kencana Wungu.
Tari Topeng Klana ini merupakan rangkaian gerakan tari yang menceritakan sang Prabu Minakjingga (Klana) yang tergila-gila pada kecantikan dari sang Ratu Kencana Wungu, sampai kemudian berusaha mendapatkan pujaan hatinya. Akan tetapi upaya pengejarannya tidak mendapat hasil. Kemarahan yang tidak bisa lagi disembunyikannya kemudian membeberkan segala tabiat buruknya. Itulah kiranya yang menginspirasi dari Nugraha Soeradiredja pada saat menciptakan Tari Klana. Selengkapnya tentang tari topeng klana dapat anda lihat pada artikel berjudul "Tari Topeng Klana dari Cirebon"
6. Tari Topeng Losari
Tari Topeng Losari
Cirebon di Jawa Barat memang merupakan gudangnya dari tari topeng, dikarenakan banyaknya tari topeng yang berasal dari daerah ini. Salah satunya tari topeng yang berasal dari Cirebon adalah Tari Topeng Babakan Losari atau yang biasa disebut Tari Topeng Losari.
Tari yang mewakili bagian timur Cirebon ini mempunyai beberapa keunikan dibandingkan dengan tari topeng cirebon lainnya, dikarenakan tarian ini memiliki pengaruh gaya dari Jawa Tengah. Tidak heran jika hal tersebut terjadi, mengingat lokasi Lesari yang berimpitan dengan Jawa Tengah.
Tidak sembarangan orang yang dapat menjadi penari Topeng Losari, hanya yang orang yang memiliki keturunan langsung yang dapat menjadi para penari Topeng Losari. Itu pun dengan cara melewati persyaratan dan ritual khusus. Selain itu, topeng atau kedok yang dikenakan pun merupakan topeng yang diwariskan secara turun temurun.
Ritual untuk menjadi para penari Topeng Losari di antaranya mutih, gedang yaitu puasa makan pisang, puasa rawit yaitu puasa yang berbuka dengan makan cabai rawit, puasa patih geni yaitu puasa tidak makan dan tidak tidur, puasa wuwungan yaitu dikurung di dalam kamar tidak ada orang yang boleh datang, dan puasa sedawuh yaitu puasa sampai jam 12 siang. Ritual ini harus dijalani oleh seorang penari Topeng Losari agar dalam pementasan berjalan lancar. Selengkapnya tentang tari topeng losari dapat anda lihat pada artikel berjudul "Tari Topeng Losari, Tarian Tradisional Dari Cirebon".
7. Tari Ronggeng Gunung
Tari Ronggeng Gunung
Mendengar kata ronggeng, maka terbayang suatu tontonan rakyat yang akan menampilkan gadis-gadis cantik dengan pasangan seorang pria menari mengikuti irama khas Jawa Barat. Ronggeng yang akan ditampilkan disini adalah ronggeng yang lain, yaitu ronggeng gunung, suatu tari rakyat yang hidup dan juga berkembang di daerah Ciamis bagian selatan. Ini bukan berarti di daerah lain tidak terdapat kesenian rakyat sejenis. Di daerah lain dikenal dengan nama yang berbeda, misalnya ketuk tilu, banjet, ronggeng topeng dan lain sebagainya.
Umumnya kesenian ronggeng ini dipanggil untuk kepentingan suatu perayaan, seperti pesta perkawinan, khitanan, penghormatan terhadap tamu dan lain sebagainya. Namun disamping itu tidak jarang juga kesenian ronggeng ini dipanggil untuk memenuhi pernyataan kaulnya.
Orang-orang yang tergabung didalam kelompok kesenian ronggeng gunung ini biasanya akan terdiri dari 6 (enam) sampai 10 (sepuluh) orang. Namun demikian dapat juga tukar menukar atau meminjam para pemain dari kelompok lain. Biasanya peminjaman pemain terjadi dalam memperoleh pesinden lalugu, yaitu seorang wanita yang sudah berumur agak lanjut akan tetapi mempunyai kemampuan yang sangat mengagumkan didalam hal tarik suara. Dia bertugas untuk membawakan lagu-lagu tertentu yang tidak bisa dibawakan oleh seorang pesinden biasa.
8. Tari Kandagan
Tari Kandagan
Tarian ini merupakan pengembangan dari Tari Renggarini, kreasi salah satu maestro tari Sunda yang bernama Raden Tjetje Somantri ditahun 1957. Kata kandagan ini sendiri artinya wadah untuk menyimpan perhiasan dan juga barang berharga. Nama Kandagan dimaksudkan bahwa tarian ini merupakan kumpulan dari berbagai gerakan tari yang indah.
Tari Kandagan ini memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan pada tarian seperti Jaipong dan Tari Merak yang tergolong tarian putri atau tarian yang dibawakan oleh para penari wanita. Seperti juga Tari Renggarini, Tari Kandagan ini tergolong tari putri yang gagah. Karena itulah unsur dari maskulinitas lebih ditonjolkan didalam gestur para penarinya. Maskulinitas ini terlihat didalam sikap gerak, kepala, badan, kaki dan juga tangan yang digunakan dalam tarian ini. Selengkapnya tentang tari kandangan dapat anda lihat pada artikel berjudul "Tari Kandagan, Tarian Tradisional Dari Jawa Barat".
9. Tari Mojang Jaipong
Tari Mojang Jaipong
Tari Mojang Jaipong adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Tarian ini merupakan tari pergaulan yang berembrio dari seni tari Jaipongan. Berbeda dengan tari Jaipong yang umumnya ditarikan secara berpasangan, Tari Mojang Jaipong ini hanya ditarikan oleh para perempuan yang beranjak remaja dengan mengenakan pakaian tradisional khas Sunda. Bagian atasnya mengenakan kebaya berwarna cerah dan dilengkapi oleh kain batik khas Sunda pada bagian bawahnya. Hiasan rambut dibuat menarik, dan riasan bagian wajah dibuat minimalis tetapi tetap mengeluarkan aura cantik mojang sunda.
Secara umum, Tari Mojang Jaipong ini ditarikan oleh 6 (enam) - 8 (delapan) orang perempuan dengan diiringi musik tradisional khas Sunda dengan tempo yang cepat. Untuk mampu menarikan Tari Mojang Jaipong ini dengan sempurna, maka seseorang harus menguasai beberapa gerakan, yakni gerak bukaan, pencugan, gala, dan gerakan minci. Selengkapnya tentang tari mojang jaipong dapat anda lihat pada artikel berjudul "Tari Mojang Jaipong, Tarian Tradisional Dari Jawa Barat".
10. Tari Bajidor Kahot
Tari Bajidor Kahot
Tari Bajidor Kahot ini merupakan kombinasi dari Tari Ketuk Tilu dan Tari Jaipongan sebagai dasar dari gerakan. Yang membedakan dari Tari Bajidor Kahot ini adalah tidak mengoptimalkan bahu dalam gerakan seperti halnya pada Tari Jaipongan dan Tari Ketuk Tilu. Dalam Tari Bajidor Kahot, pinggul, lengan, bahu, kepala, dan juga tangan digerakkan dengan dinamis. Langkah-langkah dari kaki pun menjadi bagian Tari Bajidor Kahot.
Para penari bajidor kahot biasanya mengenakan kebaya khas tanah Pasundan. Dengan kebaya yang di desain pas dengan bentuk tubuh, para penari bajidor kahot terlihat sangat menawan. Terlebih, pakaian yang dikenakan memakai warna cerah. Tambahan aksesori berupa selendang dan juga kipas membuat pertunjukan dari Tari Bajidor Kahot ini terlihat sangat indah. Gerakan-gerakan dalam tarian ini terlihat dinamis, energik, seksi, dan juga anggun. Sering kali para penari juga berpindah-pindah dan membentuk sebuah formasi yang menarik.
Tari Bajidor Kahot diciptakan disekitar tahun 2000. Dalam setiap pertunjukannya, Tari Bajidor Kahot ini selalu diiringi oleh gendang khas tanah Pasundan. Selain itu juga, musik gamelan Bali menambah kekayaan musik yang mengiringi tarian ini. Seperti dalam jaipongan, Tari Bajidor Kahot ini juga dibawakan oleh remaja putri. Para penari Tari Bajidor Kahot ini biasanya berjumlah 4 (empat) sampai 8 (delapan) orang. Selengkapnya tentang tari bajidor kahot dapat anda lihat pada artikel berjudul "Tari Bajidor Kahot, Tarian Tradisional Dari Jawa Barat".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar