Selasa, 20 Februari 2018

Tarian Khas Jambi

Tarian Khas Jambi

1.Tari Sekapur Sirih

Tari Sekapur Sirih
Tari Sekapur Sirih adalah tarian selamat datang kepada tamu-tamu besar. Tarian sekapur sirih diciptakan oleh Firdaus Chatab di tahun 1962. Pada tahun 1967, tarian ini kemudian ditata ulang oleh OK Hendri BBA. Tari Sekapur Sirih mendeskripsikan sebuah perasaan lapang dan terbuka yang dimiliki masyarakat Jambi terhadap tamu yang berkunjung ke daerah mereka.
Jumlah para penari dalam tarian ini adalah 9 orang penari perempuan dan 3 orang penari laki-laki. Para penari tersebut diantanya adalah 1 (satu) orang sebagai pemegang payung, 2 (dua) orang sebagai pengawal, dan sisanya menari. Sayangnya, saat ini antusiasme warga terhadap tarian sekapur sirih berkurang. Hal ini terlihat dari jumlah penari yang menyusut, yaitu berjumlah 6 (enam) orang, 1(satu) orang penari laki-laki yang bertugas membawa cerano dan sisanya penari perempuan.
Sebenarnya nama atau istilah dari tari sekapur sirih ini cukup beragam, sama beragamnya dengan varian tarian ini, salah satunya tari Penyambutan. Awalnya, tari sekapur sirih ini disebut tarian persembahan, kemudian mengalami beberapa perubahan, sehingga menjadi Tari Penyambutan. Bedanya dengan tari sekapur sirih adalah bahwa tari Penyambutan ini merupakan tari kreasi baru yang diatur sedekat mungkin dengan Tari Kejei. Jumlah penari dalam tarian ini dapat disesuaikan dengan tempat, bisa putra bisa putri, dan bisa juga berpasangan. Selengkapnya tentang Tari Sekapur Sirih dapat anda lihat pada artikel berjudul "Tari Sekapur Sirih, Tarian Tradisional Khas Jambi".

2. Tari Selampit Delapan

Tari Selampit Delapan
Tari Selampit Delapan merupakan penggambaran dari pergaulan para pemuda-pemudi di Jambi. Tari ini memiliki nilai yang sangat penting di dalam merekatkan pergaulan. Delapan kain selampit yang juga terdiri dari berbagai macam warna menjadi simbol pertautan pergaulan antar pemuda-pemudi Jambi.
Tarian ini dilakukan oleh 8 (delapan) orang penari (empat pasang penari) yang masing-masing memegang satu helai selampit. Pemuda-pemudi tersebut kemudian melakukan gerakkan menyilang serta merajut selampit yang mereka genggam. Kemudian selampit tersebut menjadi satu tali yang tersusun menjadi berbagai warna. Koreografi inilah yang melambangkan persatuan antara pemuda-pemudi Jambi di perlihatkan.
Dalam kesejarahannya, tarian selampit delapan ini pertama kali dikenalkan oleh seorang pegawai Dinas Kebudayaan di Provinsi Jambi pada tahun 1970-an, yaitu bernama M. Ceylon saat masih bertugas di dinas tersebut. Meskipun M. Ceylon bukanlah putra daerah Jambi, tetapi kemampuan dan bakatnya di dalam bidang seni tari telah membuat tarian ini begitu di kenal di Provinsi Jambi. Penciptaan tarian selampit delapan ini merupakan bentuk kecintaan yang sangat besar terhadap kesenian.
Seiring berkembang dan populernya tarian selampit delapan ini, pemerintah Provinsi Jambi pun menetapkan tarian ini sebagai tarian khas dari Provinsi Jambi. Sebelum menggunakan kain selampit, awalnya dalam tarian ini dimainkan oleh 8 (delapan) orang dengan menggunakan delapan sumbu kompor yang kemudian diikat atau digantung pada loteng. Nama "Selampit Delapan" ini diambil dari delapan tali yang digunakan pada tarian tersebut. Sampai saat ini tidak ada perubahan gerak dan komposisi tarian. Kalau pun ada perubahan, perubahan tersebut tidaklah mengubah esensi dari tarian tersebut, perubahan yang terjadi biasanya hanya sebatas untuk pemenuhan estetikanya saja. Selengkapnya tentang Tari Selampit Delapan dapat anda lihat pada artikel berjudul "Tari Selampit Delapan, Tarian Tradisional Dari Jambi".

3. Tari Inai

Tari Inai
Tari Inai merupakan tarian tradisional yang berasal dari Jambi, tepatnya di daerah Kuala Jambi desa Teluk Majelis. Kesenian ini pada dasarnya merupakan seni pertunjukan yang melibatkan antara seni tari dan seni musik. Tarian ini umumnya hanya dilakukan di rumah mempelai wanita saja, sedangkan untuk dirumah mempelai pria tidak dilakukan upacara malam berinai.
Fungsi dari Tari Inai yang utama yaitu sebagai eksprtesi ritual untuk menjaga calon mepelai wanita dari segala macam gangguan supernatural yang berasal dari manusia ataupun makhluk halus. Selain untuk menjaga mempelai wanita, fungsi lainnya yaitu sebagai bentuk ungkapan estetik, hiburan, dan juga ekonomis.
Gerakan pada tari inai umumnya terdiri dari gerak pembuka, isi, dan penutup. Gerakannya pun adalah kombinasi dari gerakan binatang atau kejadian-kejadian di alam, sehingga gerakan pada tarian ini hampir menyerupai gerakan silat. Untuk pola lantainya adalah bebas dan variatif.
Dalam pertunjukannya, para penari akan memakai busana adat khas Melayu, yaitu memakai baju Gunting Cina atau baju Kecak Musang, kepala ditutup dengan menggunakan peci, celana panjang longgar, memakai kain sarung atau songket yang diikatkan dipinggang tepatnya dibagian atas lutut. Selengkapnya tentang Tari Inai dapat anda lihat pada artikel berjudul "Tari Inai, Tarian Tradisional Dari Jambi".

4. Tari Tauh

Tari Tauh
Tari Tauh merupakan tarian tradisional dari Jambi, tepatnya di daerah Lekuk 50 Tumbi Lempur, di Kecamatan Gunung Raya. Tarian ini merupakan penggambaran dari pergaulan atau hubungan pemuda-pemudi (bujang gadis). Tarian ini telah ada sejak zaman dahulu hingga saat ini dan diwariskan secara turun temurun, sampai akhirnya masyarakat tidak mengetahui siapa pencipta tarian yang telah mengakar ditengah-tengah masyarakat. Saat ini, tari tauh sangat populer di Kabupaten Bungo sebagai tarian tradisional yang sangat digemari masyarakat.
Seperti tarian Jambi pada umumnya, tarian ini juga dibawakan oleh laki-laki dan perempuan secara berpasang-pasangan. Posisi tubuh dari tari tauh ini adalah kombinasi dari gerakan dalam posisi berdiri. Alat musik rebab, gong, dan nyanyian klasik yang disebut dengan mantun mengiringi tarian ini. 4 (empat) laki-laki dan 4 (empat) perempuan melenggok dalam alunan musik melayu bersyair pantun. Uniknya, durasi dalam menarikan tarian ini tergantung pada panjang pendeknya pantun yang disenandungkan dan juga kesanggupan dari para penarinya sendiri. Tidak jarang tarian ini juga berlangsung dari senja hari sampai pagi hari. Selengkapnya tentang Tari Tauh dapat anda lihat pada artikel berjudul "Tari Tauh, Tarian Tradisional Dari Jambi".

5. Tari Rentak Besapih

Tari Rentak Besapih
Tarian ini menggambarkan perpaduan antara rentak langkah dari berbagai etnis yang menjadi suatu bentuk kesatuan utuh dalam menjalani sebuah kehidupan. Hidup berdampingan, bekerja sama, dan juga saling tolong-menolong digambarkan didalam gerak tari yang digarap dalam bentuk khas Melayu Jambi ini. Hal tersebut menegaskan bahwa provinisi Jambi adalah provinsi yang aman, makmur, dan juga sejahtera.
Tarian ini diperagakan oleh 8 (delapan) sampai 10 (sepuluh) orang para penari. Para penari tersebut menggunakan busana atau pakaian adat Melayu Jambi dengan hiasan pada bagian kepala dan kain tenun melayu. Pola gerak dalam tarian ini hampir sama dengan jenis tarian lainnya, yakni menggunakan kombinasi dari pola lantai.
Tarian ini berangkat dari sejarah Jambi yang pada dahulunya menjadi kota perdagangan. Banyak pedagang dari berbagai daerah datang ke Jambi pada masa itu bahkan sampai hari ini. Jambi menjadi wilayah yang memiliki berbagai macam suku dan ras. Keragaman inilah yang direpresentasikan didalam bentuk tarian melalui tarian Rentak Besapih.
Namun sayangnya saat ini tarian Rentak Besapih telah jarang dipertunjukan padahal makna kebersamaan didalam keragaman yang terkandung dalam tarian rentak besapih ini sangat relevan dengan kondisi pada saat ini, di mana batas-batas perbedaan semakin menebal di Indonesia. Selengkapnya tentang Tari Rentak Besapih dapat anda lihat pada artikel berjudul "Tari Rentak Besapih, Tarian Tradisional Dari Jambi".

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tempat Wisata di Lembang,Bandung

 Tempat Wisata di Lembang,Bandung 1.Gunung Tangkuban Perahu Gunung Tangkuban Perahu Tempat wisata di lembang yang populer dengan kis...